Nikmati Suasana Kampus Dan Kuliner Kota Solo

Dok. Pri | Salah satu sudut kota Solo "Cafe Tiga Tjeret".

Saya termasuk mahasiswa akhir semester yang kurang piknik, terlebih lagi proses penyelesaian skripsi sangat menyita waktu, tenaga, materi dan perasaan. Setidaknya itulah yang saya rasakan, waktu terasa begitu cepat berlari dibandingkan biasanya. Tenaga harus lebih banyak dikeluarkan, agar kondisi badan tetap bugar. Materi mungkin bisa pulih bisa pulih dengan perjalanan waktu, tapi perasaan yang begitu terasa dalam hal ini.
Perasaan lelah dalam proses penyelesaian skripsi adalah hal yang paling perlu dijaga, bagaimana tidak, perasaan ini kadang lebih kuat dibandingkan dari pada logika. Sehingga untuk menjaga kondisi rasa tetap stabil, rasanya jalan-jalan ialah salah satu yang harus dilakukan seseorang.
Makna jalan-jalan menurut seseorang tentu dapat berbeda, adapun saya pribadi definisi tersebut sangat terkait dengan jarak, atau lebih tepatnya “jalan-jalan itu harus ditempuh dengan jarak yang jauh”. Saya juga sedang berfikir, mengapa definisi itu hadir dalam pengetahuan. Sebenarnya saya telah mengupayakan mengubah definisi itu, tapi ternyata gagal.
Baiklah, kesempatan ini menikmati suasana kota Jogjakarta. Tapi yang ingin saya tulis kali ini ialah tentang kota Solo. Kota Solo dalam penelitian yang dilakukan oleh Ikatan Ahli Perencanaan (API), merupakan kota yang terpilih menjadi kota dengan nilai paling konsisten dan paling tinggi nilai layak huni dari para warga.
Dok. Pri | Pemandangan gerbang Universitas Sebelas Maret, Solo.

Awalnya saya cukup tak yakin dengan hal tersebut, namun ternyata ketidakyakinan tersebut runtuh kala saya merasakan sendiri betapa nyaman kota ini. Entahlah, tapi ada beberapa tempat pada akhirnya saya singgahi selama berada di Solo.
Sebagai salah satu elemen universitas bangsa ini, saya sowan terlebih dahulu ke sebuah kampus yang cukup mentereng di Solo. Saya singgah ke Universitas Negeri Sebelas Maret atau lebih dikenal dengan UNS.
Bagi saya UNS merupakan universitas yang menarik, karena tetap memberikan kesempatan pada pohon untuk tumbuh dengan begitu rindang. Sehingga pelbagai elemen kampus akan tetap nyaman berjalan, walau siang hari tiba karena dipayungi oleh rindang pepohonan.
Dok. Pri | Suasana Univesitas Sebelas Maret Dari gedung fakultas hukum

Selain dari pada itu, fasilitas pedestrian yang ada di kawasan kampus ini cukup nyaman untuk para pejalan kaki. Dan itu saya rasakan, ketika berjalan dari gerbang belakang menuju fakultas hukum. Pun bila merasa lelah berjalan, tersedia banyak halte yang bisa digunakan untuk sejenak beristirahat.
Naaaah, hal yang banyak di rekomendasikan teman-teman saya, begini penuturan mereka “apabila sedang di Solo coba sate buntelan atau pelbagai makanan yang dijajakan di Angkringan”.
Tempat kuliner pertama saya jatuh pada “Café Tiga Tjeret” yang berada di jl. Ronggowarsito No.97. Keprabon, Banjarsari, Keprabon, Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57131.
Dok. Pri | Tiga Tjeret

Walau mengusung nama café, namun tempat ini masih menyediakan sajian angkringan pada umumnya. Atau boleh jadi, sajian di tempat ini baik makanan dan minuman lebih beragam. Tapi suasana angkringan memang tidak terasa, karena tidak ada tempat lesehan sama sekali. Konsep furniture secara total café, dengan beragam kursi kayu rendah dan tinggi.
Dok. Pri | Cafe Tiga Tjeret Solo, Jawa Tengah, Indonesia.

Tapi yang begitu berkesan bagi saya, tempat ini hadir dengan pelbagai poster film zaman dahulu yang dilukis, sehingga memberikan kesan nostalgia pada tahun 90an. Ada beberapa poster film zaman dahulu di tempat ini, salah satu diantaranya yaitu poster film “Si Buta Dari Gua Hantu dan Jaka Sembung” yang cukup terkenal pada masa dahulu.
Rasanya cukup cerita itu dulu yang bisa saya tuliskan kali ini.
Salam hangat untuk semua.

Fawwaz Ibrahim

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kayla Elena von Rueti: Lewat Camilan Sehat, Peduli Kesehatan, Lingkungan dan Perempuan