Neng Koala: Perempuan Bersolek Dengan Cahaya Pendidikan

Dok. Pri | Buku Neng Koala


Mengejar mimpi merupakan hak siapapun yang memiliki, tiada sekat yang dapat menghalangi kala mimpi tersebut terasa dekat. Begitulah setidaknya yang saya rasa saat membaca buku “Neng Koala”, sebuah buku dengan kumpulan tulisan para perempuan Indonesia yang melanjutkan pendidikan ke Australia. Mereka adalah perempuan dengan pemikiran maju, yang miliki asa akan sebuah pendidikan yang lebih baik.
Seorang tokoh pernah berkata, “Perempuan merupakan tonggak peradaban sebuah bangsa”. Ya, menjadi perempuan memiliki keistemewaan yang tidak dimiliki oleh para Pria. Kaum perempuan memiliki kemampuan membagi pengetahuan dengan sentuhan kelembutan, kemampuan komunikasi kaum perempuan dalam menyampaikan sebuah pengetahuan pada akhirnya mempertaruhkan kualitas generasi penerus bangsa.
Perempuan pada masa ini, boleh dikatakan memiliki kesempatan yang sama dalam sektor pendidikan. Namun terkadang, selalu hadir pelbagai stigma lingkungan yang menyusutkan semangat para peraih mimpi. Tidak mudah memang meraih sebuah impian, akan tetapi apabila hadir keinginan yang teguh, sebuah aksi yang kuat akan memberikan reaksi yang sepadan dengan apa dilakukan.
Dok. Pri | Para perempuan yang telah meraih pendidikan di Australia

Dalam buku “Neng Koala” yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, menghimpun pelbagai cerita mulai dari pemburuan beasiswa, drama yang hadir di tengah keluarga pada saat perempuan mendapatkan beasiswa, jungkir balik kehidupan kampus, pelbagai kesan hidup di Australia, hadir pula trik praktis mendapatkan beasiswa, juga pelbagai akses yang dapat diikuti untuk pergi ke Australia, hingga sekelumit cerita kembali ke Tanah  Kelahiran.
Dari pelbagai kisah-kisah kaum perempuan hebat yang terkumpul pada “Neng Koala”, ada setidaknya ada dua kisah yang menarik perhatian saya, pertama, ialah kisah Frederika Korain dengan sub-judul Perjuangan Seorang Mama Papua Melanjutkan Studi ke Luar Negeri. Frederika mengisahkan bahwa informasi tentang beasiswa, untuk ukuran daerah merupakan berita gembira yang bisa disebut sebagai harta karun.
Motivasi Frederika untuk melanjutkan pendidikan tidak hadir tiba-tiba, setidaknya yang paling ditampilkan keinginan keluar dari zona nyaman juga ingin mengembangkan diri lebih. Salah satu yang paling ia rasa penting dan perlu ditingkatkan ialah, meningkatkan kemampuan bahasa asing agar dapat memberikan penjelasan kepada warga negara asing tentang keindahan yang ada di Indonesia juga tuntutan pekerjaan.
Dok. Pri | Salah satu penulis kisah Neng Koala Berfoto bersama.

Keinginan kuat Frederika mencari beasiswa dibuktikan dengan pengumpulan informasi yang berkesinambungan, tak hanya sekali dua kali ia harus menebalkan muka karena selalu mendapatkan olok-olok kawan. Namun sebuah informasi beasiswa ia dapatkan pada tahun 2008, yang pada akhirnya mengantarkan Frederika terbang ke negeri Kanguru.
Adapun kisah kedua yang membuat saya bersemangat melanjutkan studi s2, hadir dari Gena Lysistrata dengan judul Emak-Emak Mengejar Beasiswa. Menikah, mengurus suami, dan memiliki anak, bukan alasan bagi Gena dalam mengejar beasiswa. Bagi Gena melanjutkan pendidikan merupakan cara yang baik untuk mencerahkan masa depan keluarga.
Hal menarik dalam kisah Gena ialah, pemantik semangat dalam mencari beasiswa tidak lain adalah pasangan hidupnya, yang tidak lain adalah suami. Pun pada saat itu Gena sedang dalam kondisi hamil besar, pemantik yang diberikan sang suami akhirnya dapat terealisasi pasca melahirkan. Walau sempat drama dengan tangisan dan sebagainya, Gena membulatkan tekad mencari beasiswa dengan terlebih dahulu mendiskusikan rencana-rencana yang mungkin akan dihadapi, dan meminimalisir pelbagai hal yang tidak diinginkan.
Dok. Pri | Para Blogger Bersama Para Perempuan Penulis Kisah "Neng Koala"

Setelah itu, banyak yang Gena harus persiapkan seperti; IELTS Preparation Course, Rekomendasi dari tokoh yang dikenali, disiplin dalam belajar, mempelajari secara detail beasiswa yang ingin dikejar, dan ikhlas atas apa yang telah dilakukan. Menarik memang apa yang disampaikan oleh Gena, karena sangat runut dengan rasa emak-emak dalam menceritakan kisah dalam pemburuan beasiswa.
Hal yang menjadi penting dalam tulisan Gena ialah, hadir penjelasan proses seleksi yang diambil oleh Gena. Mulai dan pengiriman aplikasi beasiswa, seleksi administrasi, tes IELTS, wawancara JST, hingga hasil pengumuman beasiswa. Proses tersebut Gena gambarkan dengan runut, sambil memberikan pelbagai saran kepada para pembacanya. Selain dari itu, Gena seperti membimbing pembaca untuk turut melakukan apa yang dilakukan, yaitu memburu beasiswa!.
Terlepas dari apapun itu, mengutip apa yang disampaikan oleh Wardah Fajri, seorang penulis dan pendiri BloggerCrony Community menyampaikan bahwa “Ini bukan soal ambisi, tapi menjadi agen perubahan-setidaknya untuk keluarga dan generasi penerus yang lahir dari rahimnya”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kayla Elena von Rueti: Lewat Camilan Sehat, Peduli Kesehatan, Lingkungan dan Perempuan